REVIEW NSA FORUM #1 “SENI RITUAL DAN PERKEMBANGANNYA”
- NSA PROJECT MOVEMENT
- Dec 9, 2017
- 2 min read

Manusia menjadi salah satu golongan yang sapanjang hidupnya melakukan laku ritual baik dengan kepercayaan lama, kepercayaan baru (agama) maupun yang gabungan dari keduanya (sinkretisme). Perilaku ritual ini menjadi sebuah tuntunan yang membentuk tatanan kehidupan manusia. Laku ritual tidak sekedar memperhatikan sisi estetik, namun lebih dalam laku ritual adalah sebuah tata cara membentuk esensi hidup yang bersentuhan dengan apa yang dipercayai dan apa yang ada disekitarnya. Dalam masyarakat tradisional laku ritual sangat erat kaitannya dengan kosmologi, bagaimana sebuah kelompok masyarakat memaknai kedekatan dan kebutuhannya terhadap alam agar tetap mengalami keseimbangan.
Hingga masa sekarang masih begitu banyak peristiwa-peristiwa ritual yang bertahan dalam masyarakat-masyarakat adat di Kalimantan Selatan yang hampir semuanya berfaham sinkretisme. Sinkretisme di sini bukan sekedar pencampuradukan, namun lebih pada upaya menjaga keseimbangan antara apa yang sudah ada terlebih dahulu dan apa yang datang kemudian. Hal ini membuat beberapa peristiwa ritual masih bertahan hingga sekarang.
Jika kita lihat dari sudut pandang masa lampau seni berawal dari ritual. Ritual adaah tata cara yang diyakini dari suatu kepercayaan. Ritual adalah suatu yang sakral/ritus. Kemudian munculah kesenian. Kesenian menjadi salah satu hasil yang dibaca orang-orang dimasa kemudian sebagai upaya membentuk sesuatu yang baru. Dalam kesenian yang dibentuk baru tersebut ada yang tetap mempertahankan nilai-nilai esensinya, namun ada juga yang memang lepas dari pakem yang ada dalam peristiwa ritual tersebut.
Ritual sedikit asing jika dikatakan dari produk manusia. Ritual adalah bimbingan. Dalam ritual ada suatu sistem yang dianggap suci dimana jika terjadi gangguan dalam sistem tersebut maka akan mengganggu ritual tersebut. Ritual dikaitkan dengan kesucian. Segala gerakan, ucapan dan yang dilakukan berhubungan dengan yang gaib. Seni mengambil bagian dari ritual, namun ada beberapa bagian yang menjadi pengecualian tidak boleh disentuh oleh seni (ketulahan). Kesenian berangkat dari ritualitas dan berangkat dari penyucian sesuatu. Contoh pada tari Barong, Bali yang memiliki jiwa yang masih tetap dijaga oleh masyarakatnya dari perkembangan zaman.
Ritual akan selalu sama dari masa-kemasa, pengembangan hanya berada pada sisi kulitnya saja tidak berada pada tataran nilai dan esensi, berbeda dengan kesenian yang akan selalu hadir membaca zaman, sehingga akan mengalami pergeseran nilai dan esensi. Kedua sisi yang saling berkaitan ini merupakan sebuah bentuk konsepsi berfikir manusia yang berhubungan dengan segala sesuatu yang ada disekitarnya dan apa yang dipercayainya.
Sayangnya, banyak kreator dan apresiator yang melihat ritual sebuah sebuah kesenian. Label kesenian ini kemudian yang membuat ritual harus masuk dalam tataran teori-teori seni seperti estetika, fungsi, dan sebagainya. Menilik dari persoalan estetika, tidak bisa dipaksanakan para pelaku ritual untuk membentuk sebuah estetika gerak, bunyi maupun ruang. Estetika yang mereka bentuk adalh estetika komunal yang lahir dari laku ritual itu sendiri. Keindahan dalam ritual sangatlah relative, ini bagaimana sudut pandang creator dan apresiator memaknainya. Sangat tidak dibenarkan adanya pembenahan demi sesuatu yang bersifat yang nampak di luar karena ritual lebih pada urusan hubungan yang di dalam diri.
Pada kenyataannya semua kesenian lahir dari laku ritual di masa lampau. Label kesenian muncul kemudian dari persepsi kaum intelektual di masa setelahnya. Tanpa disadari dalam ritual memang ada yang bisa dikreasikan menjadi sebuah bentuk kesenian dan ada pula yang tetap bertahan dengan nilai esensi relegiusitas kelompok laku ritual tersebut. Dealiktika menyangkut ritual, seni, dan seni ritual harus tetap sering dilakukan sebagai upaya melihat berbagai sisi pandangan yang luas atas sebuah peristiwa ritual, seni, dan seni ritual.
Comments